Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata Pasca Serangan Israel Ke Rafah
Hamas terima usulan gencatan senjata pasca serangan Israel ke Rafah dan kesepakatan pembebasan sandera dengan Israel, melalui mediatornya Qatar dan Mesir. Namun, PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan proposal yang diterima jauh dari persyaratan dasar Israel, oleh karena itu negosiasi akan terus berlanjut.
Sebelumnya, Israel melancarkan serangan udara di Rafah setelah mengusir paksa warga Palestina ke kawasan Al-Mawasi, puluhan ribu warga diyakini terkena dampak operasi. Seorang pejabat Hamas menyebut perintah evakuasi yang diikuti oleh serangan udara Israel di bagian timur Rafah, sebagai eskalasi dan tindakan yang berbahaya.
Hamas mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa pemimpin politiknya, Ismail Haniyeh, telah memberi tahu perdana menteri Qatar dan kepala intelijen Mesir tentang persetujuan atas proposal mereka mengenai perjanjian gencatan senjata. Seorang pejabat senior Palestina yang mengetahui usulan tersebut mengatakan bahwa Hamas setuju untuk mengakhiri aktivitas militer selamanya, jika persyaratannya dipenuhi.
Ungkapan tersebut seolah mengisyaratkan bahwa Hamas mungkin sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri perang yang terjadi di Gaza, meskipun tidak ada rincian lebih lanjut. Kesepakatan tersebut akan tercapai setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata dua fase, yang masing-masing fase berlangsung selama 42 hari.
Tahap pertama akan mencakup pembebasan tentara perempuan Israel yang disandera, masing-masing akan ditukar dengan 50 tahanan Palestina, termasuk beberapa yang menjalani hukuman seumur hidup.
Fase kedua akan diakhiri dengan masa tenang yang panjang dan berkelanjutan dan pencabutan blokade Gaza secara menyeluruh.
“Persoalannya sekarang ada di tangan Israel, apakah mereka akan menyetujui perjanjian gencatan senjata atau akan menghalanginya,” kata seorang pejabat senior Hamas.
Pada saat yang sama, seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa kabinet perang Israel telah memutuskan untuk tetap melanjutkan operasi Rafah, untuk memberikan tekanan militer pada Hamas guna mencapai tujuan perang dan memastikan bahwa Gaza tidak menimbulkan ancaman bagi Israel di masa depan.
Perang dimulai ketika kelompok bersenjata Hamas menyerbu Israel selatan pada tanggal 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang.
Sampai saat ini lebih dari 34.700 orang telah terbunuh di Gaza selama kampanye militer Israel, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.