Mengapa Coklat Begitu Enak? Berdasarkan Ilmu Pengetahuan
Yup!, cokelat itu memang enak, fakta itu didukung oleh penelitian. Pertanyaannya sebenarnya adalah mengapa hanya dengan satu gigitan cokelat cukup untuk membuat seseorang benar-benar bahagia?
Masuki Dunia Sains
Setelah melakukan penelitian yang mencakup empat jenis coklat hitam, tim peneliti di Inggris menemukan bahwa lapisan luar cokelat yang licin, alias lemaknya, merupakan salah satu penyebab cokelat begitu enak.
‘Temuan utama kami adalah bahwa lemak di lapisan terluar cokelat sangat penting,‘ kata Anwesha Sarkar, profesor koloid di Universitas Leeds, kepada The Washington Post.
Makalah penelitian tersebut, yang diterbitkan di jurnal Applied Materials and Interfaces milik American Chemical Society, merinci bagaimana tim ilmuwan menganalisis perjalanan cokelat dari pembungkus aluminium hingga sampai ke papila lidah.
Hal Ajaib Yang Terjadi Terhadap Otak Ketika Kamu Makan Cokelat
Proses memakan coklat diawali dengan apa yang disebut Sarkar sebagai ‘fase menjilati’, atau ketika saat cokelat pertama kali bersentuhan dengan lidah, ‘sensasi coklat’ yang lembut mulai terasa, kata Sarkar.
Kemudian, saat cokelat mulai meleleh dan air liur masuk ke dalam campuran cokelat, partikel kakao padat di dalam cokelat mulai dilepaskan, bersamaan dengan aliran endorfin yang meningkatkan kebahagiaan.
Setelah melakukan percobaan, para ilmuwan menyimpulkan bahwa sensasi lembut cokelat yang sangat digemari adalah dari tetesan lemak yang membuat partikel-partikel cokelat yang berpasir turun ke dalam mulut.
Namun apakah ini berarti cokelat harus tinggi lemak agar bisa dinikmati?
Kurang tepat, kata Sarkar. Jika cokelatnya dilapisi lemak, tidak masalah apakah cokelat itu sendiri mengandung banyak lemak atau tidak.
‘Pada fase menjilat, lemak pada lapisan cokelat sangat penting untuk sensasi pelumasan,‘ ujarnya.
‘Hambatan terbesar dalam membuat suatu makanan adalah rasa dan tekstur,‘ ujarnya. ‘Jika kita memahami mekanisme mengapa suatu makanan bisa begitu enak, maka akan lebih mudah untuk menciptakan versi yang lebih sehat dan berkelanjutan. Kita juga dapat membuat makanan dengan lebih baik untuk populasi rentan, orang-orang yang memiliki gangguan menelan, atau yang membutuhkan produk padat energi.‘
Sarkar mengatakan temuan timnya bisa diterapkan pada makanan favorit lainnya, seperti keju. Tujuannya, katanya, adalah untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana tekstur makanan berperan dalam pengalaman mencicipi makanan.
‘Kecenderungan dan keengganan kita terhadap makanan sebenarnya berasal dari teksturnya, bukan rasanya,‘ ujarnya. ‘Jadi, misalnya, banyak orang menyukai makanan yang mengandung gula, tapi tahukah Kamu, jeruk tidak sama dengan sepotong cokelat meskipun sama-sama mengandung gula (manis). Jadi bukan manisnya, tapi teksturnya.‘.
Terkait makanan, penelitian lain menunjukkan bahwa tekstur dan kelezatan saling berkaitan. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2015, preferensi tekstur masyarakat terbagi dalam empat kelompok, yaitu :
- Pengunyah, orangyang menyukai makanan kenyal.
- Crunchers, orang yang menyukai kerenyahan.
- Pengisap, orang yang lebih menyukai benda yang larut.
- Smooshers, orang yang hanya menginginkan makanan tersebar di mulut mereka.
‘Tekstur dapat menjadi alasan utama penolakan terhadap makanan,’ kata Melissa Jeltema, yang ikut menulis penelitian bersama Jacqueline Beckley dan Jennifer Vahalik dari U&I Collaboration, sebuah perusahaan teknologi penelitian produk dan pengembangan bisnis strategis.
‘Setiap individu memiliki cara makan yang mereka sukai, sehingga makanan yang paling mudah diselaraskan dengan cara makan yang mereka sukai akan lebih disukai.’.
Jeltema mengatakan cokelat adalah salah satu contoh makanan yang mampu mengubah preferensi tekstur, cokelat dapat dinikmati oleh siapa saja yang menyukai rasanya. Untuk pengunyah, ada brownies dan kismis berlapis cokelat, untuk pengisap, ada permen cokelat dan untuk pecinta smoosh, sesuatu seperti olesan Nutella atau es krim cokelat juga bisa di nikmati.
Itulah keajaiban cokelat menurut sains.